:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/5277019/original/095719300_1751973366-mathew-schwartz-gsllxmVO4HQ-unsplash.jpg)
Liputan6.com, Jakarta – Minat wisatawan China untuk berlibur ke Thailand menurun drastis. Pada paruh pertama 2025, jumlah turis Tiongkok turun 34 persen dibandingkan tahun lalu dengan hanya tercatat 2.265.556 wisatawan.
Posisi jumlah kunjungan wisatawan China ke Thailand pun tersalip oleh Malaysia yang mencatat kunjungan 2.299.897 orang pada periode yang sama. Angka itu juga mengalami penurunan meski lebih kecil, yakni 5,58 persen.
Secara keseluruhan, Thailand menerima kunjungan 16.685.466 wisatawan asing dalam enam bulan pertama tahun 2025, menandai penurunan sebesar 4,66 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Sisdivachr Cheewaratanaporn, Presiden Kehormatan dan Penasihat Senior Asosiasi Agen Perjalanan Thailand (ATTA), memperkirakan bahwa jumlah wisatawan Tiongkok dalam tahun ini hanya akan mencapai sekitar 5 juta, jauh di bawah target awal Otoritas Pariwisata Thailand (TAT) sebesar 6,9 juta.
“Jika kita memasarkan secara efektif dan merangsang permintaan, kita mungkin akan melihat hingga 6 juta pengunjung… Tapi itu masih kurang dari 6,7 juta yang kita miliki pada tahun 2024,” kata Sisdivachr, dikutip dari The Thaiger, Selasa, 8 Juli 2025.
Thanapol Cheewarattanaporn, Presiden ATTA, mengatakan China tetap menjadi pasar penting bagi ekonomi pariwisata Thailand. “Mengurangi ketergantungan kita sepenuhnya itu sulit… Prioritas kita sekarang adalah mempertahankan arus perjalanan mengingat besarnya basis pasar Tiongkok,” imbuhnya.
Desakan Pelaku Usaha Pariwisata Thailand
… Selengkapnya
Dalam situasis krisis itu, Thanapol mendesak pemerintah untuk bertindak lebih cepat guna memulihkan kepercayaan wisatawan Tiongkok. “Sekarang agak lambat; setengah tahun telah berlalu. Sektor swasta tidak bisa bekerja sendiri; pemerintah harus turun tangan,” katanya.
Setelah kabinet menyetujui anggaran stimulus ekonomi sebesar 3,96 miliar baht, TAT mengumumkan rencana untuk mengalokasikan dana guna meningkatkan pasar penerbangan carter dari Tiongkok. ATTA masih menunggu strategi yang jelas untuk mengoordinasikan kegiatan pemasaran selama paruh kedua tahun ini, yang masih penuh tantangan karena ketidakpastian global dan perubahan perilaku perjalanan Tiongkok.
Namun dalam waktu dekat, ATTA akan memimpin kampanye Roadshow ke Tiongkok 2025 pada 27 Juli hingga 2 Agustus 2025, mengunjungi Chongqing, Lanzhou, dan Hangzhou. Kampanye tersebut akan mempertemukan operator pariwisata Thailand dengan perusahaan perjalanan Tiongkok dan mempromosikan destinasi serta layanan melalui pencocokan bisnis.
Upaya ini bertujuan untuk memulihkan permintaan setelah gangguan akibat Covid-19 dan perubahan kebiasaan konsumen Tiongkok menyebabkan penurunan kedatangan wisatawan sebesar 30–40 persen di awal tahun ini, lapor The Nation.
ATTA Menjadi Pemimpin Kampanye Roadshow to China Tahun 2025
… Selengkapnya
Sebelumnya, tren penurunan kunjungan wisatawan Tiongkok ke Thailand sudah terlihat sejak Imlek lalu yang merupakan hari libur tahunan terbesar di China. Setelah insiden turis China hilang di Thailand, wisatawan Tiongkok disebut “khawatir akan keselamatan mereka” saat mengunjungi Negeri Gajah Putih.
Hal itu berdampak pada minat mengunjungi negara tersebut saat libur Imlek 2025. Jumlah pemesanan tiket turis China ke Thailand menurun sebesar 15,6 persen untuk periode 13 hingga 20 Januari 2025 dibandingkan minggu sebelumnya, menurut perusahaan pemasaran dan teknologi perjalanan China, Trading Desk.
Mereka kemudian mengalihkan tujuan perjalanan ke Jepang dan Malaysia. Melansir SCMP, Rabu, 29 Januari 2025, Jepang dan Malaysia memperlihatkan peningkatan pemesanan dengan sangat cepat tahun ini, memimpin pilihan populer lain, menurut data perusahaan tersebut.
Pemesanan untuk Jepang hingga 20 Januari 2025 telah tumbuh sebesar 86 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu, dengan Malaysia mengalahkan angka tahun lalu sebesar 79,2 persen. Data Trading Desk juga menunjukkan bahwa pemesanan untuk Korea Selatan naik sebesar 9,7 persen pada minggu pertama penuh bulan ini dibandingkan tujuh hari sebelumnya, meski melambat jadi hanya 3,9 persen pada minggu berikutnya.
Alasan Jepang dan Malaysia Jadi Destinasi Tujuan Turis China
… Selengkapnya
“Pemulihan” kursi maskapai penerbangan yang tersedia dan penerbangan langsung yang didukung pelemahan yen telah mengarahkan wisatawan China ke Jepang, kata Yoko Hayano, kepala konsultan di JTB Tourism Research & Consulting di Tokyo. Perusahaannya telah melacak “tren peningkatan” pemesanan dari Tiongkok.
Sebagian besar pelancong berusia 30-an atau lebih muda, katanya, sering kali datang sebagai pasangan atau keluarga. Mereka khususnya menikmati pameran seni modern dan mengunjungi “restoran kasual” yang populer di kalangan warga lokal.
Malaysia menempati peringkat sebagai “pemain yang menonjol” dalam perbandingan perjalanan ke luar negeri ForwardKeys antara 2024 dan 2025 untuk periode dari 13 Januari hingga 16 Februari. Perjalanan ke negara Asia Tenggara tersebut naik 41 persen, peningkatan yang dikaitkan perusahaan analitik tersebut dengan kebijakan masuk bebas visa untuk turis China.
Malaysia menarik minat karena makanannya, harga yang cukup terjangkau, dan populasi etnis Tionghoa yang besar, kata CEO China Trading Desk Subramania Bhatt. “Malaysia memiliki diaspora Tionghoa yang signifikan, sehingga secara budaya tidak asing bagi wisatawan Tiongkok,” katanya. “Bahasa Mandarin dan berbagai dialek Tiongkok digunakan secara luas, sehingga mudah dijelajahi.”
… Selengkapnya