:strip_icc():format(webp):watermark(kly-media-production/assets/images/watermarks/liputan6/watermark-color-landscape-new.png,540,20,0)/kly-media-production/medias/4227272/original/064112900_1668509676-7bb82c98-b80a-43b4-9c0b-4eb58839b987.jpg)
Liputan6.com, Jakarta – Usai lima tahun lalu menggemparkan dunia, Covid-19 kembali meneror. Sejumlah negara-negara Asia Tenggara seperti Thailand, Malaysia, Singapura, dan Hong Kong, kembali diserang virus mematikan itu. Tidak terkecuali di Indonesia.
Di awal bulan ini misalnya, sebanyak enam kasus COVID-19 terdeteksi di Jawa Barat. Dinas Kesehatan Jawa Barat mengatakan, untuk sementara ini enam kasus yang terdeteksi di empat kabupaten telah ditangani rumah sakit guna observasi dan tindakan lanjutan.
Di masa liburan sekolah nanti yang sering disebut liburan panjang dikhawatirkan kasus Covid-19 bisa makin merebak karena akan banyak pergerakan dan kerumunan masyarakat terutama di berbagai tempat wisata. Menurut pakar kesehatan ada beragam cara untuk meencegah dan menghindarinya.
Guru besar di Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Prof. Dr. Faisal Yunus, Ph.D., Sp.P(K) membagikan kiat untuk menghindari penularan COVID-19 semasa libur panjang. Selama liburan panjang, pergerakan orang biasanya meningkat dan kondisi ini dapat meningkatkan risiko penularan SARS-CoV-2, virus penyebab COVID-19.
Meminimalkan Kemungkinan Terserang COVID-19
… Selengkapnya
Prof. Faisal menekankan pentingnya penerapan pola hidup bersih dan sehat dalam upaya untuk meminimalkan kemungkinan terserang COVID-19. “Sama seperti yang lalu, jadi harus pakai masker, cuci tangan, menghindari kerumunan, kemudian tidak makan minum bareng-bareng. HBS, hidup bersih dan sehat,” terang Ketua Kolegium Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Indonesia itu dilansir dari Antara, Kamis, 5 Juni 2025.
COVID-19 lebih mudah menular saat orang berdekatan atau berkumpul, ia mengatakan, sebaiknya membatasi kegiatan yang melibatkan kerumunan orang saat kasus penularan COVID-19 sedang meningkat.
“Kalau ada yang batuk atau apa itu dijaga. Soalnya (virus bisa) tinggal di kulit, kehirupan kita juga kan bisa juga,” katanya. Prof. Faisal menyampaikan, penting pula menjaga daya tahan tubuh dengan mengonsumsi cukup makanan dengan gizi seimbang serta istirahat cukup agar tidak mudah tertular penyakit.
Untuk orang-orang dengan komorbiditas, dia menganjurkan mereka untuk menjaga kesehatan dan menghindari tempat-tempat dengan risiko COVID-19. Ia menjelaskan bahwa varian virus penyebab COVID-19 yang menyebar saat ini merupakan hasil mutasi dari varian Omicron.
Potensi Kenaikan Kasus COVID-19
… Selengkapnya
Gejala infeksi varian baru virus SARS-CoV-2, menurut dia, antara lain batuk pilek yang kadang disertai sakit tenggorokan.Dia juga mengemukakan perlunya pemantauan untuk menekan penyebaran varian virus tersebut.
Menurut Prof. Faisal, pemerintah juga perlu mengkaji ulang efektivitas vaksinasi COVID-19 yang dilakukan pada masa pandemi dalam menangkal penularan varian virus yang baru. Sementara itu, kemarau basah yang tengah terjadi di Indonesia dapat meningkatkan potensi kenaikan kasus COVID-19.
“BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika) sebut saat ini Indonesia sedang kemarau basah sebetulnya kemarau basah itu menyebabkan kelembapan tinggi yang tentu dapat meningkatkan stabilitas virus di udara atau di permukaan,” kata epidemiolog Dicky Budiman kepada Health Liputan6.com melalui pesan suara, dikutip pada Sabtu (7/6/2025).
Potensi masyarakat tertular COVID-19 juga meningkat di masa kemarau basah lantaran adanya perubahan suhu ekstrem yang memengaruhi imunitas.
Pengaruh Kondisi Cuaca
… Selengkapnya
“Perubahan suhu ekstrem antara siang dan malam juga dapat melemahkan daya tahan tubuh,” tambah Dicky.
Kondisi cuaca seperti ini, sambungnya, akan mendorong masyarakat untuk beraktivitas atau berkumpul di dalam ruangan tertutup terutama saat hujan. “Ini juga meningkatkan transmisi virus. Namun, itu semua bisa diminimalisir dengan personal hygiene, pakai masker, membuka ventilasi,” terangnya.
Melansir laman resmi BMKG, kemarau basah adalah kondisi ketika hujan masih turun secara berkala pada musim kemarau, atau disebut juga sebagai kemarau yang bersifat di atas normal. Biasanya, musim kemarau di Indonesia identik dengan cuaca panas dan minim hujan. Namun, dalam kemarau basah, intensitas hujan masih tergolong tinggi meski frekuensinya menurun.
Menurut BMKG, kemarau basah dipicu oleh dinamika atmosfer regional dan global, seperti suhu muka laut yang hangat, angin monsun aktif, serta La Nina dan Indian Ocean Dipole (IOD) negatif. Dampaknya, hujan tetap turun meski sudah masuk musim kemarau.
… Selengkapnya