:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/5007659/original/018853000_1731662535-402.jpg)
Liputan6.com, Jakarta – Di samping menambah cita rasa makanan, sejumlah bumbu dapur juga terbukti bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Baru-baru ini, ada satu rempah yang menurut studi terbukti membantu mencegah kanker usus.
Melansir Daily Mail, Senin, 30 Juni 2025, menambahkan kunyit ke dalam makanan sehari-hari Anda dapat membantu mencegah kanker usus besar, sebut para ilmuwan. Sebuah studi menemukan bahwa kurkumin—senyawa yang memberi warna oranye pada kunyit—dapat menghambat pertumbuhan sel kanker awal di usus besar.
Para ahli di Universitas Leicester mengatakan, rempah-rempah tersebut tampaknya dapat melumpuhkan sel-sel jahat sebelum mereka dapat berkembang biak dan membentuk tumor, sehingga berpotensi mencegah penyakit tersebut.
Mereka menemukan bahwa kurkumin menempel pada protein kunci yang digunakan sel-sel berbahaya ini untuk menyebar—sebelum menghentikan kerjanya. Dalam uji lab, tim tersebut menerapkan dosis kurkumin pada tingkat suplemen ke jaringan usus.
Hasilnya menunjukkan bahwa senyawa tersebut menghentikan pertumbuhan sel-sel induk kanker, yang diyakini sebagai penyebab perkembangan dan kekambuhan tumor.
Temuan Studi
… Selengkapnya
Temuan tersebut, yang dipublikasikan dalam jurnal Cancer Letters, menunjukkan bahwa kurkumin mendorong sel-sel ini ke keadaan yang lebih jinak—mengurangi kemampuan mereka membelah dan bertahan.
Meski diperlukan penelitian lebih lanjut, para ahli mengatakan, penelitian tersebut memperkuat bukti bahwa kunyit suatu hari nanti dapat jadi bagian dari pencegahan kanker usus, terutama pada mereka yang berisiko lebih tinggi.
Para ilmuwan juga melakukan pengujian dan penelitian terpisah pada tikus yang sengaja diinfeksi dengan sel kanker. Mereka menemukan bahwa kurkumin memperlambat pertumbuhan tumor dan memperpanjang umur hewan.
Dosis yang setara untuk manusia dengan dosis yang digunakan dalam pengujian adalah antara satu setengah dan dua gram kurkumin sehari. Bubuk kunyit mengandung sekitar dua hingga lima persen kurkumin menurut beratnya—yang berarti seseorang perlu mengonsumsi antara 40g dan 100g untuk mendapatkan 2g kurkumin murni.
Makanan Super
… Selengkapnya
Jumlah ini jauh lebih banyak daripada yang secara realistis ditemukan dalam makanan normal—dan karena alasan ini, sebagian besar penelitian menggunakan suplemen yang jauh lebih terkonsentrasi. Para peneliti menambahkan bahwa kunyit memiliki “toksisitas rendah, memenuhi banyak persyaratan terapi pencegahan yang ideal.”
Kunyit, yang umum digunakan dalam masakan India, Asia Tenggara, dan Timur Tengah, telah lama dianggap sebagai makanan super yang melawan kanker. Suplemen ini juga populer setelah sejumlah penelitian menunjukkan bahwa kunyit mungkin memiliki kualitas pereda nyeri, terutama dalam meredakan gejala radang sendi lutut.
Cancer Research UK setuju bahwa kurkumin memiliki potensi besar dalam melawan kanker, tapi diperlukan penyelidikan lebih lanjut, khususnya mengenai dosisnya. Di situs webnya tertulis, “Ada beberapa bukti bahwa kurkumin, suatu zat dalam kunyit, dapat membunuh sel kanker pada kanker tertentu.”
“Saat ini tidak ada bukti yang jelas pada manusia yang menunjukkan bahwa kunyit atau kurkumin dapat mencegah atau mengobati kanker. Diperlukan penelitian yang lebih besar.”
Kanker Usus
… Selengkapnya
Pada April 2025, para peneliti di University of California San Diego mengungkap bahwa mereka telah menemukan hubungan potensial antara kanker usus dan E. coli, bakteri bawaan makanan yang menginfeksi sekitar 75 ribu hingga 90 ribu orang Amerika setiap tahun.
Dengan menganalisis DNA dari pasien kanker usus besar muda, tim tersebut menemukan perubahan genetik unik dalam saluran pencernaan mereka yang tampaknya meningkatkan risiko pembentukan tumor—yang kemungkinan dipicu selama masa kanak-kanak, saat tubuh masih berkembang.
Mereka juga mendeteksi jejak kolibaktin, racun terkait kanker yang diproduksi oleh jenis E. Coli tertentu, yang bersembunyi di tumor dari pasien di bawah usia 40 tahun. Sumber E. Coli yang paling umum adalah daging sapi giling yang kurang matang, tempat bakteri dapat menyebar selama pemrosesan.
Namun, sayuran berdaun hijau, seperti selada romaine dan bayam, adalah penyebab utama lainnya, yang sering terkontaminasi di ladang melalui air yang tercemar atau kontak dengan ternak.
… Selengkapnya