:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/5205597/original/098358900_1746092010-toolzin.com-DJB7ZClztqm-1.jpg)
Liputan6.com, Jakarta – Adalah Prishana Kamila Ilham, Medinavia Zaldin, dan Naura Qanita Satria, tiga siswi Sekolah Dasar (SD) dari Depok, Jawa Barat, yang berhasil menorehkan prestasi membanggakan di International Creativity and Innovation Award (ICIA) 2025. Proyek terkait solusi sampah makanan membuat mereka berhasil menyabet penghargaan di kategori Innovation Challenge.
“Selamat ya Shana, Medina, & Naura dari Kelas 4 SDIT Nurul Fikri Depok! Bangga banget sama Grand Award yang kalian raih di ICIA 2025 — kalian udah bikin kita semua bangga! Teruslah bersinar, inovator muda! Alhamdulillah, tim kami dengan bangga membawa pulang bukan cuma satu, tapi tiga penghargaan internasional di ICIA 2025,” tulis sekolah mereka Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Nurul Fikri di akun Instagram-nya, Jumat, 30 April 2025.
Tiga penghargaan yang dimaksud, menurut pihak sekolah, pertama, Grand Award, yang merupakan “penghargaan tertinggi di ajang ini, yang hanya diberikan pada dua tim terbaik di dunia, yang dipilih dari penerima Titanium Award,” tulis mereka.
“Kemudian, Titanium Award, yang diberikan pada lima tim terbaik di dunia, serta Special Award, yang diakui sebagai salah satu dari 10 proyek terbaik di kategori Food Innovation,” tandasnya. Proyek tiga siswi SD ini bertajuk “The Precious Foods – implementation of 3R+D Quick Actions as Golden Strategy to fight food waste.”
Merujuk video di kanal YouTube Krya, Prishana menjelaskan, berdasarkan data PBB, Indonesia merupakan penghasil sampah makanan terbesar di Asia Tenggara. “Indonesia menghasilkan 21 juta ton sampah makanan setiap tahunnya,” kata dia.
Identifikasi Sampah Makanan
… Selengkapnya
Namun di sisi lain, Prishana melanjutkan, Indonesia memiliki jumlah anak-anak kelaparan yang signifikan. “Selain itu, sampah makanan juga akan menghasilkan metana yang akan memperburuk pemanasan global. Kami juga melakukan survei di sekolah dan menemukan bahwa sebagian besar siswa tidak menyadari tentang urgensi memerangi sampah makanan,” ungkapnya.
“Mereka mengakui bahwa mereka membuang-buang makanan setiap hari dan merasa itu seperti praktik yang normal. Namun, mereka juga bertanya-tanya apa yang dapat mereka lakukan sebagai siswa untuk membantu memperbaiki situasi ini.”
Berdasarkan penelitian, ada dua jenis sampah makanan. “Pertama, sampah makanan yang dapat dihindari. Kedua, sampah makanan yang tidak dapat dihindari. Berdasarkan itu, kami dapat menemukan pendekatan yang sesuai, baik untuk mengurangi, menggunakan kembali, mendaur ulang, atau menyumbangkannya.”
Mereka kemudian menyusulkan membuat “camilan lezat dari sisa nasi,” seperti bola-bola atau kroket. “Sangat mudah,” kata dia. Sementara untuk daur ulang, sebut Prishana, mereka mengolah sampah organik jadi kompos.
Solusi Sampah Makanan
… Selengkapnya
Terakhir, siswi SD itu menjelaskan, mereka membuat bank makanan untuk mengumpulkan makanan berlebih di lingkungan sekitar. “Kotak ini terletak di dekat masjid. Dengan ini, kami dapat mengurangi sampah makanan sekaligus saling membantu,” ujarnya.
“Solusi berikutnya. Dengan semangat membantu sesama dan mengurangi sampah makanan, kami menggunakan teknologi untuk membuat aplikasi berbagi makanan. Terima kasih pada AI yang membantu kami dalam bagian coding, meski kami belum jadi programmer.”
“Terakhir, kami menyebarkan kesadaran ini melalui kampanye offline dan online karena kami percaya hal-hal besar dapat dilakukan dengan hal-hal kecil yang disatukan. Ini adalah kesimpulan dan rencana masa depan kami. Itu saja dari kami,” tandasnya.
Lifestyle Liputan6.com telah menghubungi pihak sekolah untuk meminta komentar lebih lanjut. Sementara itu dalam rilisnya, ICIA 2025 disebut berlangsung pada 25─27 April 2025 di Ho Chi Minh City, Vietnam. Lebih dari sekadar kompetisi, ICIA merupakan platform pembelajaran dan jaringan terpadu, yang membina generasi inovator berikutnya melalui pengalaman daring dan langsung.
Jangkauan ICIA melibatkan lebih dari seribu orang di seluruh dunia, dengan lebih dari 400 finalis dan perusahaan rintisan global yang berkumpul di Vietnam. Para pemikir cemerlang ini mempresentasikan 180 proyek inovasi dan perusahaan rintisan mutakhir, yang dipandu wawasan yang diperoleh dari webinar dan sesi Kryative Talk.
Pemenang Penghargaan ICIA 2025
… Selengkapnya
Program imersif ini diperluas melampaui semata kompetisi dengan menawarkan kunjungan kampus dan inkubator di UEH, forum perusahaan rintisan yang dinamis, Educators Meetalk yang menarik, lokakarya mahasiswa, pesta budaya yang meriah, serta pameran desa global yang menampilkan 16 pembicara inspiratif dan dievaluasi 30 juri mentor terhormat dari 26 negara.
Pemenang Penghargaan Utama, yang diakui atas inovasi luar biasa dan dampak potensialnya, diumumkan tanpa peringkat:
Startup Exchange Category:
- Aligh Health (Vietnam) – Doan Duc Huy, Tran Bao Anh
- AIM Global Innovation (Thailand) – Worapat Nukulwuthiopas, Panrasee Ritthipravat
- Einstronic Enterprise Sdn Bhd (Malaysia) – Lawrence Chau
Innovation Award Category:
- MathX Automatic AI Pathfinding with A-star algorithm for geolocation and climate-adaptive disaster response (Philippines) – John Jaymark M. Daza, Sarah Grace S. Pepito
- Polynimial Graphs in Cultural Art Patterns (Thailand) – Kanokpich Thavornthammarit, Chanita Kanjanaprapas, Warunrat Sirimal
- Kids Learn Code (Singapore) – Ang Liang Tze
Innovation Challenge Category:
- The Precious Foods – implementation of 3R+D Quick Actions as Golden Strategy to fight food waste (Indonesia) – Prishana Kamila Ilham, Medinavia Zaldin, Naura Qanita Satria
- Mobile application for food waste reduction (Vietnam) – Nguyen Vo Minh Chuong, Le Nhat Beo Han
- Urban Hydroponic System with automated irrigation (Mexico) – Angel Samuel Sanchez Santiago
Inventor Wannabe:
- Dyandra Keisha Azzahra (Indonesia) as Martin Cooper
- Chhum Mony Oudom, Panhaseth Chhea, Chan Morokot Rachana (Cambodia) as Zacharias Janssen and Alexander Fleming
- Ibraheem Choukeir (Egypt) as Ismail Al-Jazari
… Selengkapnya